Selasa, 01 Januari 2019

Perang Dunia I dan Hindia Belanda


Perang Dunia I dan Hindia Belanda, Perang dunia I memiliki berbagai macam bumbu penyebab, bukan penyedap loh ya. Inti dari permasalahan pemicu Perang Dunia I adalah perebutan daerah pemasaran dan juga sumber bahan mentah untuk kepentingan industri mereka, yang kemudian menimbulkan sikap saling curiga dan pecah ketika bumbu-bumbu penyebab lain muncul. Lalu di tahun 1914-1918 Hindia Belanda keadaannya bagaimana sih? Di Hindia Belanda baru lahir sebuah organisasi besar pasca Budi Utomo, yaitu Sarekat Islam (Mendapatkan pengakuan legal tahun 1914).

Sebenarnya organisasi ini telah berproses sejak 1909. Di tahun 1912 lahir sebuah organisasi radikal, yaitu Indische Partij (Douwes Dekker kemudian disebut sebagai bapak nasionalisme, kata Sukarno loh bukan kata saya). Indische Partij memberikan ide-ide segar tentang nasionalisme, kemandirian berbangsa, dan kesetaraan ras (kapan-kapan kita bahas). Saya loncat ya tapi kembali dulu ke Perang Dunia I, salah satu negara yang ikut perang dalam Perang Dunia I adalah Inggris, yang merupakan sekutu utama Belanda. Sehingga Belanda berjibaku membantunya. Di sisi lain, Belanda berusaha membentuk Indie Weerbaar (Wajib Militer) di tanah Hindia, dengan tujuan untuk melawan segala bentuk ancaman yang ingin menguasai Hindia Belanda.
Siapa sih yang bisa mengancam kekuasaan Belanda di Tanah Hindia? Ancaman hanya datang dari tanah papua nugini yang dikuasai oleh Jerman. Sebelah Utara dan Selatan dikuasai oleh Inggris, sedangkan sebelah Barat merupakan laut lepas. Rencana Indie Weerbaar didengar oleh Budi Utomo dan Sarekat Islam. Lalu kemana Indische Partij? Mereka sudah dibubarkan dan trio nasionalisme mengalami masa hukuman karena tulisannya yang sangat tajam, terutama tulisan dengan judul “andai aku seorang Belanda” (kapan-kapan dibahas). Budi Utomo menyetujui rencana Indie Weerbaar, sedangkan Sarekat Islam mengajukan sebuah pernyataan yang juga merupakan sebuah tuntutan. Untuk apa dibentuk Wajib Militer, sedangkan lembaga perwakilan saja di tanah Hindia tidak ada, apa yang kita bela? Kemudian Budi Utomo dan Sarekat Islam mengadakan kampanye dibentuknya sebuah lembaga perwakilan yang kemudian bernama Volksraad (Proses terbentuk dari sudut pandang bangsa Indonesia, sebenarnya dari sudut pandang bangsa Belanda proposal lembaga perwakilan telah dimulai dengan diajukannya proposal GubJen Van Twist di tahun 1866).
Kampanye tersebut berhasil menelurkan sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh Ratu Wilhelmina pada tahun 1916, bahwa lembaga perwakilan akan segera dibentuk. Realisasi terbentuknya Volksraad baru dapat dilaksanakan pada tahun 1918. Saya mengkaji Volksraad sejak 2014 hingga sekarang, di dalam buku-buku sejarah umum, pertanyaan terkait kenapa pada tahun 1916 surat keputusan telah dikeluarkan tetapi baru pada tahun 1918 direalisasikan tidak pernah ada yang menjawab. Jawaban yang saya temukan selama saya mengkaji Volksraad adalah karena pemerintah negeri induk sedang fokus menghadapi perang dunia I dan diharapkan dengan “rayuan” Volksraad akan segera terbentuk maka Indie Weerbaar dapat dilaksanakan untuk melindungi tanah Hindia. Akan tetapi, rencana Indie Weerbaar tidak pernah terlaksana karena sayap politik Vanderlandsche Club beranggapan bahwa jika masyarakat Indonesia diberikan senjata dapat menimbulkan pemberontakan.
Oleh sebab itu, sejak berdirinya Volksraad, Mohammad Hatta mengatakan bahwa Volksraad merupakan Schijn-Parlement (Dewan Rakyat yang palsu). Sebenarnya penelitian saya tentang Volksraad berangkat dari omongan Mbah Hatta ini dan Mbah Agus Salim yang mengatakan bahwa Volksraad Komidi Omong. Disitu muncul banyak pertanyaan dan akhirnya saya banyak menemukan jawaban yang menarik. Balik lagi, Hindia Belanda di tahun 1914-1916 dipimpin oleh Gubernur Jendral A.W.F.Idenburg yang menjabat sejak 1909, dimana dibawah kepemimpinannya berbagai kebijakan dikeluarkan agar Belanda dapat terus berkuasa di Hindia Belanda. Sehingga tidak heran jika trio nasionalisme dibuang ke Belanda.
Hal itu juga tidak terlepas dari keadaan dunia yang sedang menghadapi perang dunia I. Jika Idenburg tidak bersikap keras maka Hindia Belanda akan jatuh ke tangan negara lain dan Belanda pun kehilangan lumbung rempahnya. Berbeda dengan suksesornya yaitu Van Limburg Stirum yang berusaha merangkul kaum nasionalis yang sebelumnya dianggap sebagai pembangkang. Perang dunia I yang diakhiri dengan perjanjian Versailles yang kemudian memberikan kesepakatan yang memberatkan bagi Jerman merupakan pintu gerbang menuju perang dunia kedua. Sebelum lanjut Hindia Belanda pasca Perang Dunia I kita ke materi Max Havelaar, Terusan Suez, dan Hindia Belanda yuk.

Sumber:
  1. The Idea of Indonesia
  2. Perang Dunia I-II dan Latar Belakangnya
  3.  Autobio Mohammad Hatta
  4. A. K. Pringgodigdo
  5. Di Bawah Bendera Revolusi
  6.  Skripsi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar