Jumat, 28 Desember 2018

Nyai atau Gundik

AAsal kata nyai atau dalam sebutan buku" sejarah adalah gundik. Nyai merupakan perempuan gula-gula bagi orang-orang eropa. Nyai ada karena pada saat itu J. P. Coen meminta untuk dikirimkan perempuan-perempuan bagi para serdadunya. Akan tetapi yg datang adalah perempuan yangg tidak berkualitas atau dalam kata lain perempuan buangan.


J. P. Coen yang kecewa kemudian memperbolehkan para serdadu belanda memiliki perempuan yang dijadikan sebagai gula-gula untuk memenuhi hasrat seksual mereka, namun tidak dinikahkan secara sah. Status sosial nyai lebih tinggi dari pada perempuan bangsa Indonesia yang lain. Banyak perempuan pribumi yangg tertarik untuk menjadi nyai karena faktor ekonomi dan status sosial.
Berbicara status sosial, berdasarkan Atoeran Pemerintahan Hindia, terdapat 3 kelas sosial di Hindia Belanda yaitu bangsa eropa, asia (timur asing, kecuali jepang), dan Indonesia (priyayi dan kawula). Jika ingin berpindah kasta (turun kasta), orang harus menyerupai kasta yang ingin ditempatinya. Mereka tidak dapat naik kasta yang ada hanya turun kasta. Hal itu terjadi jika orang eropa menikahi nyai secara sah, maka kastanya turun menjadi pribumi. Anak-anak nyai yang ingin menjadi golongan eropa, harus dibawa ke daerah asal ayahnya (Berdasarkan APH, tentang ketentuan memilih kewarganegaraan dengan batas maximum usia 18 tahun). Anak-anak nyai ini kelak melahirkan dua buah garis politik yang sangat berpengaruh di Hindia Belanda. Dua buah garis politik ini adalah Vanderlandsche Club (bangga atas darah ayah, sekaligus nama sayap politik) dan Motherlandsche (bangga atas darah ibu).
Dari banyak tokoh terdapat 2 tokoh besar yang lahir dari darah nyai, yaitu Douwes Dekker dan M. H. Thamrin. Tapi mereka ini sudah keturunan kesekian. Bahkan dulu di Dewan Rakyat (DPR zaman Hindia Belanda) Thamrin merupakan musuh utama dari fraksi VC (Vanderlandsche Club). Bahkan Thamrin pernah melontarkan pernyataan “seharusnya VC lebih berpihak kepada saudaranya dimana darah dari ibunya mengalir lebih deras. Rahim nyai tidak hanya melahirkan kontribusi dari segi politik tapi juga sosial dan budaya (Kebudayaan Indies). Sebuah perkawinan budaya antara eropa dengan penduduk lokal. Salah satu contoh produk budaya itu adalah bangunan balaikota Jakarta dan masih banyak lainnya.

Maaf catatan kaki tidak dituliskan karena kapan-kapan ingin dijadikan artikel ilmiah. Referensi:
  1.  Atoeran Pemerintah Hindia Belanda
  2. Kebudayaan Indies
  3. Yang Ter(Di)lupakan
  4. Dutch: Culture Overseas
  5. Batavia 400 Tahun


Tidak ada komentar:

Posting Komentar