Minggu, 29 Januari 2017

Alat Pengingat Budaya

Kami dilahirkan dan dibesarkan di tanah yang sangat indah, yaitu Indonesia. Negara dan bangsa kami memiliki budaya yang luhur, dimana setiap benda yang dibuat oleh manusia Indonesia memiliki banyak makna dan fungsi. Lihatlah Lingga dan Yoni di beberapa candi yang ada di Indonesia. Lingga dan Yoni merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Lingga dan Yoni ini kemudian digunakan oleh Ir. Sukarno sebagai bentuk dari Monas (Monumen Nasional). Adanya simbol itu merupakan sebuah pengharapan dan doa dari para leluhur bangsa kami untuk terus memperjuangkan kesejahteraan bangsa kami.

Simbol bangsa kami juga terdapat dalam sebuah benda pusaka yang bernama keris. Penyebaran keris tidak hanya ada di pulau Jawa, akan tetapi tersebar hingga sumatera dan Sulawesi. Keris bagi masyarakat Jawa bukanlah sebuah senjata, akan tetapi sebuah pusaka. Keris dapat menentukan status sosial seseorang, simbol budaya, dan karakter suku jawa. Keris sengaja dibuat condong dengan tujuan agar pemilik keris tersebut harus senantiasa tunduk kepada pencipta, rakyat, dan alam.
Bangsa kami juga mampu menciptakan wayang atau orang asing biasa menyebutnya puppet. Wayang merupakan sebuah sarana hiburan leluhur kami berabad-abad silam. Beberapa ahli ada yang menafsirkan bahwa wayang telah ada sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia. Wayang merupakan media hiburan yang memiliki banyak makna. Setiap cerita yang dihadirkannya memiliki simpul pembelajaran bagi setiap generasi. Cerita dari wayang banyak yang diadopsi dari ajaran Hindu dan Buddha yang datang dari India. Akan tetapi di negeri India sendiri tidak memiliki wayang.
Wayang biasa dipentaskan semalam suntuk (21.00-04.00) tanpa jeda. Penulis pun hingga kini memiliki banyak pertanyaan tentang budaya bangsa yang satu ini. Pertanyaannya adalah bagaimana bisa seorang dalang kuat duduk dan mementaskan pertunjukkan wayang semalam suntuk? Bagaimana bisa seorang dalang mementaskan pertunjukkan wayang dengan berbagai macam ketentuan-ketentuan (pakem-pakem) yang ada? Bagaimana bisa seorang dalang menguasai berbagai macam karakter dan jenis suara tokoh wayang? Dan satu hal yang ketika itu saya bertanya kepada dosen sejarah kebudayaan Indonesia, Mengapa pentas wayang dilihat dari balik layar? Dan mengapa dewasa ini masyarakat lebih senang melihat wayang tidak dari balik layar? Ketika itu dosen sejarah saya hanya mengatakan bahwa wayang dahulu kala dipertunjukkan kepada kalangan ningrat, dimana posisi orang ningrat yang melihat wayang berada di balik layar. Penjelasan itu membuat saya menarik kesimpulan bahwa orang yang melihat wayang dari balik layar merupakan kaum ningrat, sedangkan yang berada disisi lainnya adalah orang melarat.
Bagian pertunjukkan wayang yang paling disukai oleh bangsa kami adalah ketika goro-goro hadir. Goro-goro adalah pembabakan dalam pementasan wayang, dimana punokawan menjadi peran utama dalam menghibur bangsa kami. Punokawan adalah semar, petruk, gareng, dan bagong. Hal-hal lucu sering ditampilkan dalam bagian pertunjukkan ini, tidak lupa wejangan (nasihat) dari generasi ke generasi disampaikan juga dalam pembabakan goro-goro.
Leluhur kami memang sangat pandai dalam mengingatkan generasi selanjutnya. Hal itu berbeda dengan generasi kami. Generasi kami hanya mampu menciptakan sesuatu dengan banyak fungsi akan tetapi sedikit makna. Lihatlah generasi kami yang memegang handphone atau laptop adakah daya pengingat kebudayaan bangsa kami di dalamnya. Alat-alat itu hanyalah penunjang kegiatan bangsa kami tetapi alat-alat itu tidak mampu mengingatkan siapa kami.
Bangsa kami sekarang sedang menuju kesamaan dengan bangsa kalian. Kami hanya mampu mencipta tetapi tidak mampu mengingat. Bangsa kami membangun gedung-gedung megah, tetapi tidak memiliki roh jati diri budaya bangsa di dalamnya. Tentu tidaklah heran hal itu terjadi, karena generasi muda kami, dan saya pun masuk di dalamnya selalu berpikir instan dan tidak ingin mengetahui peninggalan budaya yang diberikan oleh leluhur kami.

Sayang saya tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya dapat menyampaikan pemikiran saya tentang krisis alat pengingat budaya bangsa ini dalam sebuah tulisan. Semoga beberapa sahabat yang membaca tulisan ini dapat tergugah semangat untuk mencari tahu siapa kita, dan harus bagaimana kita untuk ikut serta mengingatkan generasi selanjutnya dalam sebuah karya kebudayaan. Sebagaimana terciptanya keris, lingga-yoni, wayang, dan masih banyak lagi budaya bangsa kami yang belum kami ketahui sebagai generasi muda. Semoga makna dalam simbol-simbol budaya tersebut juga dapat kami teruskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar