Kami
dilahirkan dan dibesarkan di tanah yang sangat indah, yaitu Indonesia. Negara
dan bangsa kami memiliki budaya yang luhur, dimana setiap benda yang dibuat
oleh manusia Indonesia memiliki banyak makna dan fungsi. Lihatlah Lingga dan
Yoni di beberapa candi yang ada di Indonesia. Lingga dan Yoni merupakan simbol
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Lingga dan Yoni ini kemudian
digunakan oleh Ir. Sukarno sebagai bentuk dari Monas (Monumen Nasional). Adanya
simbol itu merupakan sebuah pengharapan dan doa dari para leluhur bangsa kami
untuk terus memperjuangkan kesejahteraan bangsa kami.
Simbol
bangsa kami juga terdapat dalam sebuah benda pusaka yang bernama keris. Penyebaran
keris tidak hanya ada di pulau Jawa, akan tetapi tersebar hingga sumatera dan Sulawesi.
Keris bagi masyarakat Jawa bukanlah sebuah senjata, akan tetapi sebuah pusaka. Keris
dapat menentukan status sosial seseorang, simbol budaya, dan karakter suku
jawa. Keris sengaja dibuat condong dengan tujuan agar pemilik keris tersebut
harus senantiasa tunduk kepada pencipta, rakyat, dan alam.
Bangsa
kami juga mampu menciptakan wayang atau orang asing biasa menyebutnya puppet. Wayang merupakan sebuah sarana
hiburan leluhur kami berabad-abad silam. Beberapa ahli ada yang menafsirkan
bahwa wayang telah ada sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia.
Wayang merupakan media hiburan yang memiliki banyak makna. Setiap cerita yang
dihadirkannya memiliki simpul pembelajaran bagi setiap generasi. Cerita dari
wayang banyak yang diadopsi dari ajaran Hindu dan Buddha yang datang dari
India. Akan tetapi di negeri India sendiri tidak memiliki wayang.
Wayang
biasa dipentaskan semalam suntuk (21.00-04.00) tanpa jeda. Penulis pun hingga
kini memiliki banyak pertanyaan tentang budaya bangsa yang satu ini. Pertanyaannya
adalah bagaimana bisa seorang dalang kuat duduk dan mementaskan pertunjukkan
wayang semalam suntuk? Bagaimana bisa seorang dalang mementaskan pertunjukkan
wayang dengan berbagai macam ketentuan-ketentuan (pakem-pakem) yang ada? Bagaimana
bisa seorang dalang menguasai berbagai macam karakter dan jenis suara tokoh
wayang? Dan satu hal yang ketika itu saya bertanya kepada dosen sejarah kebudayaan
Indonesia, Mengapa pentas wayang dilihat dari balik layar? Dan mengapa dewasa
ini masyarakat lebih senang melihat wayang tidak dari balik layar? Ketika itu
dosen sejarah saya hanya mengatakan bahwa wayang dahulu kala dipertunjukkan
kepada kalangan ningrat, dimana posisi orang ningrat yang melihat wayang berada
di balik layar. Penjelasan itu membuat saya menarik kesimpulan bahwa orang yang
melihat wayang dari balik layar merupakan kaum ningrat, sedangkan yang berada
disisi lainnya adalah orang melarat.
Bagian
pertunjukkan wayang yang paling disukai oleh bangsa kami adalah ketika
goro-goro hadir. Goro-goro adalah pembabakan dalam pementasan wayang, dimana
punokawan menjadi peran utama dalam menghibur bangsa kami. Punokawan adalah
semar, petruk, gareng, dan bagong. Hal-hal lucu sering ditampilkan dalam bagian
pertunjukkan ini, tidak lupa wejangan (nasihat) dari generasi ke generasi
disampaikan juga dalam pembabakan goro-goro.
Leluhur
kami memang sangat pandai dalam mengingatkan generasi selanjutnya. Hal itu
berbeda dengan generasi kami. Generasi kami hanya mampu menciptakan sesuatu
dengan banyak fungsi akan tetapi sedikit makna. Lihatlah generasi kami yang
memegang handphone atau laptop adakah daya pengingat kebudayaan bangsa kami di
dalamnya. Alat-alat itu hanyalah penunjang kegiatan bangsa kami tetapi
alat-alat itu tidak mampu mengingatkan siapa kami.
Bangsa
kami sekarang sedang menuju kesamaan dengan bangsa kalian. Kami hanya mampu
mencipta tetapi tidak mampu mengingat. Bangsa kami membangun gedung-gedung
megah, tetapi tidak memiliki roh jati diri budaya bangsa di dalamnya. Tentu tidaklah
heran hal itu terjadi, karena generasi muda kami, dan saya pun masuk di
dalamnya selalu berpikir instan dan tidak ingin mengetahui peninggalan budaya
yang diberikan oleh leluhur kami.
Sayang
saya tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya dapat menyampaikan pemikiran saya
tentang krisis alat pengingat budaya bangsa ini dalam sebuah tulisan. Semoga beberapa
sahabat yang membaca tulisan ini dapat tergugah semangat untuk mencari tahu
siapa kita, dan harus bagaimana kita untuk ikut serta mengingatkan generasi
selanjutnya dalam sebuah karya kebudayaan. Sebagaimana terciptanya keris,
lingga-yoni, wayang, dan masih banyak lagi budaya bangsa kami yang belum kami
ketahui sebagai generasi muda. Semoga makna dalam simbol-simbol budaya tersebut
juga dapat kami teruskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar