Jumat, 20 Januari 2017

Anti-Politik: Penunggang Bebas

Menurut aristoteles politik adalah suatu alat untuk mendapatkan kekuasaan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil. Untuk mendapatkan kekuasaan tersebut, pemimpin harus melewati tahapan pemilihan umum. Pemilih dalam memilih calonnya memiliki beberapa perilaku politik. Perilaku yang banyak muncul di Indonesia adalah perilaku pilihan rasional dan ideologi dominan.

Perilaku pilihan rasional memiliki sikap menentukan pilihan berdasarkan program kerja yang diajukan oleh calon pemimpin. Pemilih yang memiliki sikap ini, tidak menjatuhkan pilihan sebelum debat kandidat berlangsung. Debat kandidat bagi pemilih yang memiliki sikap ini, merupakan ajang mengadu program kerja antar calon, untuk memilih program yang terbaik.
Lawan dari perilaku pilihan rasional adalah ideologi dominan. Pemilih yang memiliki perilaku ini cenderung telah menjatuhkan pilihannya sebelum debat kandidat berlangsung. Pemilih yang memiliki sikap ini biasanya merupakan kader partai politik. Sehingga program kerja dari masing-masing calon tidak diperhatikan dan cenderung membabi-buta untuk memenangkan calon yang dijagokan olehnya. Dari kedua buah perilaku tersebut terdapat salah satu jenis perilaku yang lebih banyak dari keduanya, yaitu perilaku penunggang bebas.
Pemilih yang memiliki perilaku ini sangat nyaman di zona aman, karena menikmati fasilitas negara seperti sekolah, jalan, lembaga hukum, dll. Mereka cenderung anti-politik, anti-politik artinya kekecewaan terhadap proses politik yang formal atau mapan yang tercermin dalam sikap non-partisipasi, dukungan kepada partai anti-sistem, atau dalam penggunaan aksi langsung. Pemilih yang memiliki sikap seperti ini tidak akan menggunakan hak pilihnya dalam menentukan pemimpin yang akan memimpinnya. Banyak faktor yang melatarbelakangi lahirnya sikap ini. Beberapa faktor tersebut berasal dari para politisi yang membentuk pemikiran mereka, media, kesadaran politik yang dimiliki olehnya.
Sikap penunggang bebas yang dibentuk oleh para politisi lahir karena sikap politisi itu sendiri. Bagi para penunggang bebas, politisi merupakan sosok yang diistimewakan, korup, pembohong, tidak tersentuh oleh hukum, dan mementingkan kepentingan pribadi serta kelompok. Pandangan seperti itulah yang membuat sikap penunggang bebas semakin berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Dua buah faktor yang juga mempengaruhi meraka adalah pengaruh media dan kesadaran politik yang rendah. Media memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pemikiran masyarakat. Media di Indonesia dewasa ini hanya menampilkan sisi buruk dalam perilaku politisi bangsa Indonesia. Misalnya kasus korupsi yang dilakukan oleh politisi akan dieksploitasi sedemikian gencarnya dalam rangka mendapatkan keuntungan. Hal itu memang patut untuk disampaikan kepada masyarakat tetapi prinsip keseimbangan juga harus diberlakukan. Adakah di media kita yang banyak menyoroti keberhasilan Indonesia dalam berbagai ajang diplomasi dan keberpihakkan politisi kepada keadilan masyarakat?
Selain itu, kesadaran politik masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sangat rendah. Masyarakat Indonesia belum sadar bahwa dirinya diperintah dan dikuasai oleh segelintir elite yang mengatur mereka. Rendahnya kesadaran politik ini melahirkan banyak politisi yang berperilaku negative menguasai hajat hidup orang banyak. Menurut penulis, memilih pemimpin atau politisi serupa dengan memilih pasangan dalam kehidupan kita. Kita harus memilih pasangan atau politisi yang mengetahui penderitaan kita dan memperjuangkannya demi keadilan dan kesejahteraan bersama.
Kesadaran politik harus ditumbuhkan di masyarakat Indonesia dengan tujuan agar banyak politisi yang baik dapat menyuarakan penderitaan rakyat. Sikap anti-politik atau penunggang bebas haruslah dihindari, karena hal itu akan melahirkan politisi negatif yang seringkali mengandalkan cara money politic untuk mendapatkan jabatan. Sikap anti-politik harus kita hindari karena sikap ini hanya menikmati fasilitas negara dan berisik diluar agenda pemilihan umum. Bagi mereka, semua politisi sama saja dan mereka tidak ingin mengetahui rekam jejak calon pemimpinnya. Jangankan disuruh untuk mencalonkan diri, memilih pun tidak. Padahal, kesadaran politik yang paling rendah adalah mencari rekam jejak calon pemimpin yang baik agar dapat memenangkan pemilihan.

Penulis memiliki sebuah pengalamaan pada pemilihan presiden yang mempertarungkan antara jokowi dan prabowo. Ketika itu penulis pulang dari perantauan ke daerah asal untuk menggunakan hak pilih. Pada saat itu seorang teman bertanya, “untuk apa pulang? Mereka semua sama saja kok”. Penulis menjawab, “setidaknya aku menggunakan hakku agar tidak dipakai orang lain dan menurutku ada yang terbaik diantara yang baik”. Teman itu pun membalas, “baik dari mana wong sama saja busuknya kok”. Penulis kembali membalas, “jika mereka busuk semua, silahkan ajukan pemimpinmu atau kamu yang maju menata negeri ini”. Teman itu pun tidak membalasnya kembali. Inilah salah satu contoh bentuk perilaku anti-politik masyarakat kita.

1 komentar:

  1. Online Slots Casino Site - LuckyClub
    We have an extensive selection of slot games, a luckyclub.live huge selection of video slots, and a huge number of table games on offer to help you win big and

    BalasHapus