Menurut
aristoteles politik adalah suatu alat untuk mendapatkan kekuasaan dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil. Untuk mendapatkan kekuasaan tersebut, pemimpin
harus melewati tahapan pemilihan umum. Pemilih dalam memilih calonnya memiliki
beberapa perilaku politik. Perilaku yang banyak muncul di Indonesia adalah
perilaku pilihan rasional dan ideologi dominan.
Perilaku
pilihan rasional memiliki sikap menentukan pilihan berdasarkan program kerja
yang diajukan oleh calon pemimpin. Pemilih yang memiliki sikap ini, tidak
menjatuhkan pilihan sebelum debat kandidat berlangsung. Debat kandidat bagi
pemilih yang memiliki sikap ini, merupakan ajang mengadu program kerja antar
calon, untuk memilih program yang terbaik.
Lawan
dari perilaku pilihan rasional adalah ideologi dominan. Pemilih yang memiliki
perilaku ini cenderung telah menjatuhkan pilihannya sebelum debat kandidat
berlangsung. Pemilih yang memiliki sikap ini biasanya merupakan kader partai
politik. Sehingga program kerja dari masing-masing calon tidak diperhatikan dan
cenderung membabi-buta untuk memenangkan calon yang dijagokan olehnya. Dari
kedua buah perilaku tersebut terdapat salah satu jenis perilaku yang lebih
banyak dari keduanya, yaitu perilaku penunggang bebas.
Pemilih
yang memiliki perilaku ini sangat nyaman di zona aman, karena menikmati
fasilitas negara seperti sekolah, jalan, lembaga hukum, dll. Mereka cenderung
anti-politik, anti-politik artinya kekecewaan terhadap proses politik yang
formal atau mapan yang tercermin dalam sikap non-partisipasi, dukungan kepada
partai anti-sistem, atau dalam penggunaan aksi langsung. Pemilih yang memiliki
sikap seperti ini tidak akan menggunakan hak pilihnya dalam menentukan pemimpin
yang akan memimpinnya. Banyak faktor yang melatarbelakangi lahirnya sikap ini.
Beberapa faktor tersebut berasal dari para politisi yang membentuk pemikiran
mereka, media, kesadaran politik yang dimiliki olehnya.
Sikap
penunggang bebas yang dibentuk oleh para politisi lahir karena sikap politisi
itu sendiri. Bagi para penunggang bebas, politisi merupakan sosok yang
diistimewakan, korup, pembohong, tidak tersentuh oleh hukum, dan mementingkan
kepentingan pribadi serta kelompok. Pandangan seperti itulah yang membuat sikap
penunggang bebas semakin berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Dua
buah faktor yang juga mempengaruhi meraka adalah pengaruh media dan kesadaran
politik yang rendah. Media memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk
pemikiran masyarakat. Media di Indonesia dewasa ini hanya menampilkan sisi
buruk dalam perilaku politisi bangsa Indonesia. Misalnya kasus korupsi yang
dilakukan oleh politisi akan dieksploitasi sedemikian gencarnya dalam rangka
mendapatkan keuntungan. Hal itu memang patut untuk disampaikan kepada
masyarakat tetapi prinsip keseimbangan juga harus diberlakukan. Adakah di media
kita yang banyak menyoroti keberhasilan Indonesia dalam berbagai ajang
diplomasi dan keberpihakkan politisi kepada keadilan masyarakat?
Selain
itu, kesadaran politik masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sangat rendah.
Masyarakat Indonesia belum sadar bahwa dirinya diperintah dan dikuasai oleh
segelintir elite yang mengatur mereka. Rendahnya kesadaran politik ini
melahirkan banyak politisi yang berperilaku negative menguasai hajat hidup
orang banyak. Menurut penulis, memilih pemimpin atau politisi serupa dengan
memilih pasangan dalam kehidupan kita. Kita harus memilih pasangan atau
politisi yang mengetahui penderitaan kita dan memperjuangkannya demi keadilan
dan kesejahteraan bersama.
Kesadaran
politik harus ditumbuhkan di masyarakat Indonesia dengan tujuan agar banyak
politisi yang baik dapat menyuarakan penderitaan rakyat. Sikap anti-politik
atau penunggang bebas haruslah dihindari, karena hal itu akan melahirkan
politisi negatif yang seringkali mengandalkan cara money politic untuk
mendapatkan jabatan. Sikap anti-politik harus kita hindari karena sikap ini
hanya menikmati fasilitas negara dan berisik
diluar agenda pemilihan umum. Bagi mereka, semua politisi sama saja dan
mereka tidak ingin mengetahui rekam jejak calon pemimpinnya. Jangankan disuruh
untuk mencalonkan diri, memilih pun tidak. Padahal, kesadaran politik yang
paling rendah adalah mencari rekam jejak calon pemimpin yang baik agar dapat
memenangkan pemilihan.
Penulis
memiliki sebuah pengalamaan pada pemilihan presiden yang mempertarungkan antara
jokowi dan prabowo. Ketika itu penulis pulang dari perantauan ke daerah asal
untuk menggunakan hak pilih. Pada saat itu seorang teman bertanya, “untuk apa
pulang? Mereka semua sama saja kok”. Penulis menjawab, “setidaknya aku
menggunakan hakku agar tidak dipakai orang lain dan menurutku ada yang terbaik
diantara yang baik”. Teman itu pun membalas, “baik dari mana wong sama saja busuknya kok”. Penulis
kembali membalas, “jika mereka busuk semua, silahkan ajukan pemimpinmu atau
kamu yang maju menata negeri ini”. Teman itu pun tidak membalasnya kembali.
Inilah salah satu contoh bentuk perilaku anti-politik masyarakat kita.
Online Slots Casino Site - LuckyClub
BalasHapusWe have an extensive selection of slot games, a luckyclub.live huge selection of video slots, and a huge number of table games on offer to help you win big and