Kamis, 22 Desember 2016

Pemimpin Anak Negri !

Datoek Toemenggoeng dalam pidatonya di Volksraad seringkali mengucapkan kata pemimpin yang paham pergaulan anak negri. Mari kita coba untuk menganalisisnya, perkataan yang dimaksud memiliki arti bahwa pemimpin harus dekat, paham, dan memiliki rasa yang sama dengan anak negri (rakyat). Merekalah yang seharusnya menjadi wakil pemimpin dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda. Akan tetapi, pemerintah jajahan tidak menginginkannya meskipun telah disarankan oleh Prof. Snouck dan Prof. Van Vollenhoven.

Hal itu merupakan salah satu faktor kemarahan bangsa Indonesia kepada pemerintah jajahan karena wakil pemimpin yang mengerti akan keadaannya. Pemimpin mereka tidak diberikan kesempatan untuk membantu anak negri, yang biasa dekat dan bergaul dengannya sehari-hari. Kemudian, penulis berusaha membandingkan makna pemimpin anak negri dewasa ini.
Berangkat dari penjelasan terkait pemimpin anak negri, mari kita bertanya apakah pemimpin itu dewasa ini masih ada? Atau dewasa ini pemimpin “menggauli” anak negri? Hal itu dapat kita lihat dari sudut pandang fungsi partai dewasa ini dan masa lalu, pemimpin partai atau calon pemimpin yang diajukan oleh partai hanya hadir ke anak negri ketika pilkada dan pilpres diadakan. Mereka yang hanya mendekat pada saat pil-pilan itu seakan menggauli rakyat ditengah penderitaannya.
Tidakkah mereka berusaha memberikan pendidikan politik masyarakat umum? Terutama pendidikan politik terkait politik sehat (anti money politik). Adapun partai politik yang menyelenggarakan pendidikan politik, hanya memberlakukan pendidikan politik itu kepada kadernya saja. Tidakkah mereka belajar dari partai politik era pergerakan nasional?
Partai politik era pergerakan nasional memberikan pengetahuan politik kepada masyarakat umum, tidak hanya kader ! Hal itu dilakukan karena pemimpin sadar akan apa yang dirasakan oleh anak negeri. Merasakan penderitaan bersama rakyat dan berusaha mencari cara untuk mengobatinya melalui kemerdekaan ! Bahkan mereka rela menghidupi partai dengan cara iuran ! Tapi partai dewasa ini?
Mereka seakan menghalalkan korupsi melalui dalil anggaran operasional dari negara sangat minim ! Tidakkah mereka melihat sejarah partai politik era pergerakan terutama pemimpinnya? Pemimpin era pergerakan rela mengorbankan harta, benda, dan nyawa mereka demi menyampaikan “rasa” anak negeri bandingkan dengan pemimpin partai dewasa ini ! Bergelimang harta tapi kurang “rasa” dan lebih suka “menggauli” anak negri !
Anggaran operasional bukanlah dalih jika mereka ingin mengembalikan semangat kemelekan politik masyarakat umum. Buktikan dengan sekolah politik ! Buktikan dengan tidak korupsi ! Buktikan dengan tidak mengiba kepada negara melalui dalil anggaran operasional yang minim !
DOWNLOAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar