Masih
ingatkah kalian peristiwa dimana bangsa Indonesia menasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing? Negara menasionalisasi perusahaan milik Belanda
antara lain Bank Nederlandsche Indische Escompto
Maatschappij (Bank Dagang Negara), Bank De Nationale Handelsbank N. V (Bank
Umum Negara), N.V Nederlandsche Handels Maatschappij (Bank Exim), Koninklijke
Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij/KNILM (Garuda Indonesia). Kemudian
masih ingatkah semangat anti asing yang digaungkan Sukarno? Peristiwa yang
terjadi sejak pergolakan di daerah berkobar dan dibentuknya negara boneka
Malaysia. Peristiwa itu membuat Indonesia sangat anti dengan yang
kebarat-baratan termasuk modal asing.
Hal itu juga
membawa Indonesia masuk ke dalam salah satu blok yang sedang menjalani konflik
perang dingin. Keadaan berubah ketika Suharto berkuasa, dia membuka modal asing
untuk masuk ke Indonesia seluas-luasnya. Secara ekonomi, Suharto mampu membaca
gerak ekonomi dunia dan mampu mengatasi krisis yang terjadi di tahun 1965. Akan
tetapi secara politik, Suharto adalah orang yang memiliki tangan berlumuran
darah. Hingga dewasa ini, keran investasi terus dibuka seluas-luasnya. Akan
tetapi banyak hal unik yang terjadi beberapa diantaranya adalah sikap buruh
yang terus meminta upah yang layak dan sikap masyarakat pada umumnya yang
menolak investasi dan terjebak dalam romantisme masa lalu.
Menurut penulis,
kita perlu menganalisis beberapa hal terkait dengan pernyataan diatas. Salah
satu hal yang patut kita cermati adalah eksodus perusahaan-perusahaan di
wilayah jawa barat khususnya Bekasi dan Karawang ke wilayah Yogyakarta. Eksodus
itu terjadi karena Upah Minimum Regional di wilayah Bekasi dan Karawang
dianggap terlalu tinggi, yaitu kurang lebih 4,2 juta rupiah. Sedangkan di
wilayah Yogyakarta Upah Minimum Regionalnya sebesar 1,5 juta rupiah. Indonesia
sangat beruntung sebab para pengusaha tidak eksodus ke luar negeri. Peristiwa
eksodusnya perusahaan-perusahaan tersebut tidak terlepas dari tuntutan para
buruh yang kerap kali meminta kenaikan upah setiap tahunnya.
Perlu kita
ketahui, di wilayah jawa barat terdapat tiga buah kelas perusahaan yang mampu
menggaji karyawannya. Kelas pertama adalah perusahaan otomotif yang mampu menggaji
karyawan diatas Upah Minimum Regional bahkan itu belum termasuk uang lembur.
Kelas kedua adalah perusahaan elektronik yang mampu menggaji karyawan disekitar
Upah Minimum Regional. Kelas ketiga adalah perusahaan konveksi yang mampu
menggaji karyawan dibawah Upah Minimum Regional. Terkadang beberapa perusahaan
bahkan melakukan cara-cara yang tidak baik agar perusahaannya dapat terus
beroperasi. Salah satu cara mereka adalah memecat karyawan sebelum hari raya
dan merekrutnya kembali setelah hari raya. Hal itu dilakukan karena perusahaan
diwajibkan mengeluarkan Tunjangan Hari Raya untuk karyawannya.
Selain itu,
terdapat beberapa masalah terkait undang-undang dan relasi politisi dengan
pengusaha yang bersifat transaksional. Relasi politik memang harus ada agar
investasi dapat berjalan dengan lancar. Akan tetapi keberpihakan terhadap buruh
harus diutamakan dengan memberikan rasa keadilan bagi pengusaha dan buruh. Jika
tidak demikian pengusaha akan pergi dan buruh tidak mendapatkan pekerjaan atau
buruh akan terus melakukan demo untuk menuntut keadilan. Buruh juga harus memiliki perhitungan yang cermat agar para
pengusaha tidak eksodus ke negeri lain. Tentu jika pengusaha eksodus saya yakin
dengan mudah buruh dan masyarakat akan menyalahkan pemerintah. Padahal
peristiwa itu terjadi karena ulah kita sendiri.
Menurut penulis,
buruh harus memiliki wakil yang duduk di parlemen untuk memperjuangkan
hak-haknya. Selama ini, undang-undang yang dihasilkan oleh para politisi tidak
mampu menyerap psikologis buruh di lapangan. Oleh sebab itu, keterwakilan kaum
buruh harus ada di parlemen. Bahkan menurut penulis harus dibentuk partai buruh
agar kaum buruh tidak terus ditunggangi oleh politisi-politisi oportunis
semata.
Tindakan
politisi-politisi yang tidak berpihak inilah yang mengingatkan kita kepada
romantisme masa lalu era Demokr asi
Terpimpin. Pemikiran ini dapat mulai digerus dengan cara memilih wakil-wakil
rakyat yang memang berpihak kepada masyarakat bukan kepada partai atau
kepentingan tertentu. Masyarakat umum juga perlu membuka wawasan bahwa
investasi itu penting untuk membuka lapangan kerja. Jika masyarakat pada
umumnya berpikiran anti investasi maka negara ini harus memiliki garis yang
sama dengan korea utara. Akan tetapi perkembangan negara itu sangatlah
terbatas, negeri-negeri komunis lainnya seperti Russia dan China telah membuka
diri untuk investasi asing. Bahkan dewasa ini, China menjadi kekuatan ekonomi
baru di dunia yang berani menantang Amerika Serikat.
Berdasarkan
sejarah, perkembangan industri China memiliki konsep yang sama dengan Jepang.
Mereka melakukan teknik Copy and Modified,
yaitu dengan cara membeli barang dari luar negeri dan memodifikasinya. China
melakukan hal itu mulai dari industri rumahan, tidak heran jika di tahun 90an
kita mengenal istilah “ah barang china pasti”. Istilah itu merujuk kepada
konotasi negatif yang memiliki arti barang mudah rusak. Akan tetapi dewasa ini,
industri rumahan di china telah menjadi perusahaan-perusahaan besar salah
satunya adalah Alibaba. Bukan tidak mungkin Indonesia menerapakan hal serupa
dan menyaingi China, Jepang, dan Amerika Serikat jika semua elemen bangsa
saling mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar